Diplomasi
Sebagai Instrumen Politik Luar Negeri Yang Paling Diutamakan Dalam Politik
Global Pasca Perang Dingin
Ananta Kaisar Rawung 208000092
Pendahuluan
Semasa perang dingin berlangsung, antara Amerika dan Soviet berlomba-lomba dengan semua intrumen politik luar negeri untuk mencapai kepentingan luar negerinnya masing-masing. Tak hanya Amerika dan Soviet, Negara-negara yang baru saja merdeka, Negara-negara berkembang, dan Negara-negara korban perang dunia dua khususnya di benua Eropa sangalah membutuhkan sebuah dukungan dan kerjasama dari dunia internasional untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya masing-masing. Isu mengenai pertahanan nasional dan ekonomi menjadi focus utama dalam semua Negara di dunia ini tak terkecuali Amerika dan Soviet yang sedang berlomba. Akan tetapi jelaslah sangat berbeda tujuan dari Amerika dan Soviet yang memang sudah memiliki modal Ekonomi dan pengaruhnya yang sangat kuat terhadap konstelasi politik internasional. Negara-negara di seluruh dunia khususnya Negara yang baru saja berkembang, Negara yang menjadi korban perang dan Negara-negara yang masih mencari pengaruh dalam dunia perpolitikan secara global juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam mencapai tujuan nasionalnya. Kalau Amerika dan Soviet berlomba dalam bidang kemajuan teknologi dan berlomba dalam mencari pengikut satu ideology, maka Negara-negara dibawahnya mencari dukungan dan bantuan-bantuan dari kedua Negara besar itu. Disamping dua Negara adidaya tersebut, Negara-negara kecil juga berusaha mencari dukungan dan kerjasama dengan sesamanya. Memang ada sebagian Negara yang memiliki ketergantungan penuh dengan Amerika ataupun Soviet, tapi ada juga Negara-negara yang tidak sepenuhnya bergantung pada Amerika atau Soviet. Negara-negara yang baru berkembang dan Negara-negara yang menjadi korban perang dunia kedua merupakan Negara yang menjadi target utama dalam perlombaan perang dingin antara Amerika dan Soviet. Betapapun gencarnya Amerika dan Soviet mencari pengikut ideologinya masing-masing, terdapat beberapa Negara yang tidak ingin terlalu bercampur tangan dalam perang dingin.
Semasa perang dingin berlangsung, antara Amerika dan Soviet berlomba-lomba dengan semua intrumen politik luar negeri untuk mencapai kepentingan luar negerinnya masing-masing. Tak hanya Amerika dan Soviet, Negara-negara yang baru saja merdeka, Negara-negara berkembang, dan Negara-negara korban perang dunia dua khususnya di benua Eropa sangalah membutuhkan sebuah dukungan dan kerjasama dari dunia internasional untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya masing-masing. Isu mengenai pertahanan nasional dan ekonomi menjadi focus utama dalam semua Negara di dunia ini tak terkecuali Amerika dan Soviet yang sedang berlomba. Akan tetapi jelaslah sangat berbeda tujuan dari Amerika dan Soviet yang memang sudah memiliki modal Ekonomi dan pengaruhnya yang sangat kuat terhadap konstelasi politik internasional. Negara-negara di seluruh dunia khususnya Negara yang baru saja berkembang, Negara yang menjadi korban perang dan Negara-negara yang masih mencari pengaruh dalam dunia perpolitikan secara global juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam mencapai tujuan nasionalnya. Kalau Amerika dan Soviet berlomba dalam bidang kemajuan teknologi dan berlomba dalam mencari pengikut satu ideology, maka Negara-negara dibawahnya mencari dukungan dan bantuan-bantuan dari kedua Negara besar itu. Disamping dua Negara adidaya tersebut, Negara-negara kecil juga berusaha mencari dukungan dan kerjasama dengan sesamanya. Memang ada sebagian Negara yang memiliki ketergantungan penuh dengan Amerika ataupun Soviet, tapi ada juga Negara-negara yang tidak sepenuhnya bergantung pada Amerika atau Soviet. Negara-negara yang baru berkembang dan Negara-negara yang menjadi korban perang dunia kedua merupakan Negara yang menjadi target utama dalam perlombaan perang dingin antara Amerika dan Soviet. Betapapun gencarnya Amerika dan Soviet mencari pengikut ideologinya masing-masing, terdapat beberapa Negara yang tidak ingin terlalu bercampur tangan dalam perang dingin.
Berbagai
karakteristik Negara-negara semasa perang dingin ini membuat konstelasi politik
secara global semakin dinamis dan berkembang. Kemunculan organisasi-organisasi
internasional antar Negara turut mewarnai konstelasi politik global untuk
mewadahi kepentingan-kepentingan Negara-negara yang baru berkembang. Contohnya
seperti lahirnya OKI, OPEC, NATO, Warsaw Pact, African Congress, organisasi
regional seperti Uni Eropa, ASEAN dan banyak lagi organisasi yang bermunculan
untuk mewadahi Negara-negara yang dirasa mempunyai kesamaan kepentingan untuk
membangun sebuah kerjasama dalam hubungan antar bangsa.
Perang
bukan lagi menjadi hal yang sangat di inginkan karena melihat kengerian dari
perang dunia kesatu dan kedua. Banyaknya korban jiwa dan harta membuat
Negara-negara di dunia ini menjadi lebih berfikir akan dampak daripada sebuah
peperangan yang bisa terjadi kapan saja dimana saja. Konflik-konflik yang
mewarnai konstelasi politik global juga merupakan hal yang sangat sensitive.
Sedikit saja terjadi sebuah kesalahan maka bisa saja perang dunia ketiga
tercipta.
Pada
masa perang dingin memang tidak sedikit juga perang yang terjadi di beberapa
kawasan. Seperti konflik timur tengah, konflik Asia Selatan, konflik Asia
Tenggara, Afrika, Amerika Latin, dan Eropa. Penyebab konflik yang berujung pada
perang terbuka ini merupakan dampak dari pada perang dingin. Dimana selain
perlombaan mencari pengikut ideology, Amerika dan Soviet juga berlomba dalam
hal teknologi. Teknologi merupakan sebuah masalah baru dalam konteks peperangan
pada masa itu. Kalau perang dunia kesatu dan kedua bisa mengakibatkan dampak
yang sedemikian hebat, bagaimana perang dunia ketiga yang menghadirkan
teknologi baru khususnya dalam hal militer sebagai alat perang.
Ketakutan akan terjadinya perang nuklir sebagai perang dunia ketiga membuat semua Negara-negara didunia ini menjadi semakin waspada akan setiap konflik yang terjadi. Semua Negara berusaha menciptakan stabilitas keamanan dan perdamaian bagi Negara dan kawasannya masing-masing hingga keseluruh dunia. Dari tingkat antar Negara, banyak Negara-negara yang mencoba untuk melakukan kerjasama dalam segala bidang untuk menangani isu stabilitas keamanan dan perdamaian. Dari tingkat kawasan muncullah sebuah trend baru, yaitu pertahanan kolektif. Dimana ide ini berawal dari kehadiran NATO dan Warsaw Pact. NATO dan Warsaw Pact memanglah sebuah organisasi yang bertugas dalam menangani isu pertahan kolektif. Akan tetapi NATO dan Warsaw Pact adalah sebuah organisasi yang di setir oleh kepentingan atau hegemoni Negara tertentu. Amerika barusaha untuk menancapkan pengaruhnya di daratan Eropa dengan membentuk NATO. Dan Soviet berusaha mempertahankan daerah Eropa sebagai wilayah kekuasaan Komunis dengan mendirikan Warsaw Pact. Karena setiran-setiran terhadap organisasi ini ditakutkan malah membuat bertambahnya konflik, maka banyak Negara-negara ini yang mengarah kepada suatu pembentukan persatuan kawasan atau sering dikenal dengan sebutan Regionalisme. Regionalisme ini mengacu kepada homogenitas dimana Negara-negara anggotanya merupakan sebuah Negara yang memiliki kedekatan letak secara geografis untuk menangani isu pertahanan kolektif ini tanpa harus mendapat setiran dari Negara-negara tertentu. Contohnya seperti Uni Eropa, di benua Eropa meski tidak semua Negara-negara Eropa bergabung kedalam keanggotaan Uni Eropa. Dikawasan Asia Tenggara terdapat ASEAN sebagai organisasi regional yang menangani isu mengenai pertahanan kolektif.
Ketakutan akan terjadinya perang nuklir sebagai perang dunia ketiga membuat semua Negara-negara didunia ini menjadi semakin waspada akan setiap konflik yang terjadi. Semua Negara berusaha menciptakan stabilitas keamanan dan perdamaian bagi Negara dan kawasannya masing-masing hingga keseluruh dunia. Dari tingkat antar Negara, banyak Negara-negara yang mencoba untuk melakukan kerjasama dalam segala bidang untuk menangani isu stabilitas keamanan dan perdamaian. Dari tingkat kawasan muncullah sebuah trend baru, yaitu pertahanan kolektif. Dimana ide ini berawal dari kehadiran NATO dan Warsaw Pact. NATO dan Warsaw Pact memanglah sebuah organisasi yang bertugas dalam menangani isu pertahan kolektif. Akan tetapi NATO dan Warsaw Pact adalah sebuah organisasi yang di setir oleh kepentingan atau hegemoni Negara tertentu. Amerika barusaha untuk menancapkan pengaruhnya di daratan Eropa dengan membentuk NATO. Dan Soviet berusaha mempertahankan daerah Eropa sebagai wilayah kekuasaan Komunis dengan mendirikan Warsaw Pact. Karena setiran-setiran terhadap organisasi ini ditakutkan malah membuat bertambahnya konflik, maka banyak Negara-negara ini yang mengarah kepada suatu pembentukan persatuan kawasan atau sering dikenal dengan sebutan Regionalisme. Regionalisme ini mengacu kepada homogenitas dimana Negara-negara anggotanya merupakan sebuah Negara yang memiliki kedekatan letak secara geografis untuk menangani isu pertahanan kolektif ini tanpa harus mendapat setiran dari Negara-negara tertentu. Contohnya seperti Uni Eropa, di benua Eropa meski tidak semua Negara-negara Eropa bergabung kedalam keanggotaan Uni Eropa. Dikawasan Asia Tenggara terdapat ASEAN sebagai organisasi regional yang menangani isu mengenai pertahanan kolektif.
Setelah
isu mengenai pertahanan kolektif, muncullah isu mengenai gerakan non-blok.
Dimana Negara-negara yang tidak menginginkan campur tangan atau memihak kepada
Liberal Kapitalis ataupun Komunis mengadakan pertemuan dan membuat sebuah
organisasi yang dinamakan sebagai gerakan Non-blok untuk mengantisipasi
propaganda dan target daripada perang dingin tersebut. Dalam gerakan Non-blok
ini bisa diaktakan juga adalah merupakan gabungan dari negra-negara yang sedang
gencar-gencarnya mencari dukungan internasional dan melakukan pencitraan baik
demi mendapatkan pengaruh dan kapabilitas dalam konstelasi politik global.
Isu mengenai Gerakan Non-blok ini juga hanya sementara. Karena isu mengenai pertahanan atau politik pada saat itu hanyalah bersifat sementara dan mengikuti alur daripada Amerika dan Soviet yang menjadi pembawa dampak bagi seluruh dinamika politik global. Akan tetapi, yang menjadi isu nomor satu setelah itu merupakan isu mengenai Ekonomi. Kenapa ? karena banyak Negara-negara yang memang baru saja berkembang atau memulihkan dirinya dari perang dunia. Untuk itu Negara-negara tersebut membutuhkan ekonomi sebagai modal untuk mendapatkan pengaruh di dunia perpolitikan secara global. Apa saja isu yang terkait dengan ekonomi ? sangat banyak. Mulai dari minyak, emas, batubara, dan semua yang terkait dengan unsure-unsur ekonomi didalamnya menjadi sebuah focus utama yang di tujua setiap Negara. Bagaimana tidak, karena memang ekonomilah yang mampu membangun sebuan Negara dari keterpurukan. Dengan ekonomi yang lebih maju, maka sebuah Negara bisa memajukan semua aspek didalamnya tak terkecuali pertahanan nasional dan teknologi. Hal ini mejadi pertimbangan penting bagi semua Negara baik dari sudut pandang realis ataupun konstruktivis. Ekonomi menjadi hal yang sangat diperhitungkan setelah ketidak jelasan isu mengenai pertahanan nasional dan pertahanan kolektif. Semua orang memandang segala sesuatunya melalui determinan ekonomi.
Isu mengenai Gerakan Non-blok ini juga hanya sementara. Karena isu mengenai pertahanan atau politik pada saat itu hanyalah bersifat sementara dan mengikuti alur daripada Amerika dan Soviet yang menjadi pembawa dampak bagi seluruh dinamika politik global. Akan tetapi, yang menjadi isu nomor satu setelah itu merupakan isu mengenai Ekonomi. Kenapa ? karena banyak Negara-negara yang memang baru saja berkembang atau memulihkan dirinya dari perang dunia. Untuk itu Negara-negara tersebut membutuhkan ekonomi sebagai modal untuk mendapatkan pengaruh di dunia perpolitikan secara global. Apa saja isu yang terkait dengan ekonomi ? sangat banyak. Mulai dari minyak, emas, batubara, dan semua yang terkait dengan unsure-unsur ekonomi didalamnya menjadi sebuah focus utama yang di tujua setiap Negara. Bagaimana tidak, karena memang ekonomilah yang mampu membangun sebuan Negara dari keterpurukan. Dengan ekonomi yang lebih maju, maka sebuah Negara bisa memajukan semua aspek didalamnya tak terkecuali pertahanan nasional dan teknologi. Hal ini mejadi pertimbangan penting bagi semua Negara baik dari sudut pandang realis ataupun konstruktivis. Ekonomi menjadi hal yang sangat diperhitungkan setelah ketidak jelasan isu mengenai pertahanan nasional dan pertahanan kolektif. Semua orang memandang segala sesuatunya melalui determinan ekonomi.
Minyak
dan gas bumi merupakan sumber ekonomi yang paling diutamakan pada saat itu.
Bagaimana tidak, banyak Negara-negara berkembang yang memang membutuhkan minyak
dan gas bumi sebagai bahan bakar untuk pabrik-pabrik dan industry. Minyak dan
gas bumi itu sendiri yang paling banyak adalah di kawasan Timur Tengah
khususnya Negara Arab Saudi, Kuwait, Irak, dan Iran. Di Asia Tenggara Indonesia
sebagai Negara yang memiliki minyak dan gas bumi terbanyak setelah daerah Timur
Tengah. Amerika Latin khususnya Venezuela, Costa Rica yang merupakan Negara
dengan sumber minyak dan gas bumi yang paling banyak setelah Timur Tengah dan Asia
Tenggara. Bukannya Amerika dan Soviet tidak memiliki sumber minyak dan gas
bumi, akan tetapi jika kita lihat dengan menggunakan analisa kritis, maka kita
dapat menyimpulkan, kalau permainan Amerika dan Soviet semasa perang dingin,
adalah tidak terlepas dari bidang ekonomi. Sangat menguntungkan Amerika dan
Soviet ketika sebuah negaray ng menjadi pengikut ideologinya akan membarikan
bantuan minyak dan gas bumi untuk kepentingan ekonomi Amerika sedangkan Amerika
dan Soviet hanya menukarnya dengan janji untuk memberikan perlindungan militer
untuk menangani isu pertahanan nasional dan stabilitas perdamaian dunia.
Setelah
berakhirnya perang dingin, maka semakin banyak isu-isu baru yang muncul dalam
hubungan internasional. Isu-isu seperti Terorisme, Human Traficking, dan Global
Warming menjadi kendala baru bagi dinamika politik global. Dan isu-isu tersebut
juga turut mempengaruhi perubahan daripada politik luar negeri dan
kebijakan-kebijakan. Akan tetapi semua isu-isu yang bermunculan, lagi-lagi
factor yang melatar belakangi isu tersebut tak lain adalah Ekonomi. Lalu
bagaimana dunia ini menghadapi penyelesaian Ekonomi yang tak kunjung selesai
dari zaman dahulu ? ketimpangan social memang akan selalu ada dan terus ada
selama permasalahan yang mengakar belumlah tercabut atau terselesaikan. Kenapa
Ekonomi menjadi dalang bagi semua isu-isu yang hadir saat ini ? apakah hanya
Ekonomi semata ? pertanyaan ini akan saya bahas lebih lanjut dalam BAB II
dimana saya akan menjelaskan bagaimana pentingnya Ekonomi dalam dinamika politik
global. Dalam pembahasan nanti saya akan mengaitkan mengapa Diplomasi menjadi
instrument yang paling penting untuk menyelesaikan permasalahan Ekonomi ?
Perumusan
Masalah
1. Bagaimana
Diplomasi bisa menjadi sebuah alat untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi
dalam dunia perpolitikan secara global ?
2. Apakah
Diplomasi yang dilakukan antar Negara hanya semata-mata demi Ekonomi ?
3. Seberapa
penting Diplomasi menjadi sebuah alat untuk mengukur perkembangan zaman ?
BAB IIII.I Diplomasi Antar
Negara-negara di Dunia
Berakhirnya perang dingin
menandakan sebuah era baru dimana perang tidak lagi menjadi kegiatan penting
untuk mencapai kepentingan nasional. Perang hanyalah sebuah alat penghancur
massal yang sebenarnya merugikan pihak-pihak yang melakukan peperangan. Era
baru ini merupakan sebuah kondisi dimana asal muasal penyebab konflik di
seluruh dunia ini harus di cari dan di selesaikan. Apa bentuk penyelesaiaanya ?
Diplomasi antar Negara, merupakan jawaban yang paling tepat. Diplomasi bisa
disebut juga sebagai Soft Power. Kenapa ? karena hanya diplomasi yang merupakan
instrument Politik Luar negeri yang memiliki banyak dampak positif dan bahkan
tidak memiliki dampak negative menurut saya. Dalam memasuki era baru setelah
perang dingin ini, pasti semua orang di dunia ini menginginkan terciptanya
sebuah perdamaian dan keharmonisan diseluruh muka bumi ini. dan tidak ada orang
yang menginginkan perang apalagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi akan membuat bayangan kita terhadap perang dunia ketiga menjadi
semakin mengerikan. Untuk apa kita berperang ? ekonomi ? supremasi ? hegemoni ?
Power ? Pengaruh ? Dominasi ? sampai kapan kita akan berperang terus jika
permasalahan inti tidak terselesaikan. Saya memandang dengan menggunakan
determinan Ekonomi sebagai latar belakang semua permasalahan yang terjadi di
dunia ini. teknologi ? ilmu pengetahuan ? Informasi ? semuanya berujung pada
keinginan seseorang untuk mendapatkan hak Ekonomi yang layak. Semua Negara
memperjuangkan hak untuk rakyatnya agar bisa menikmati kelayakan Ekonomi. Dan
menurut saya Diplomasi merupakan hal yang serupa. Bedanya Diplomasi tidak
menggunakan cara yang kasar, keras, paksaan atau mengancam. Disitulah kenapa
Diplomasi disebut juga sebagai Soft Power. Halus, lembut, tapi memiliki pengaruh,
power, dan kapabilitas didalamnya.
Dengan Instrumen
Diplomasi, semua Negara pasti bisa memenuhi kepentingan nasionalnya. Bagaimana
tidak ? ibarat orang berdagang, Diplomasi hanya menggunakan keahlian berbicara
untuk melakukan sebuah negosiasi. Bagi pembeli, kepentingan dari negosiasi
tersebut adalah untuk mendapatkan harga barang yang lebih murah, bagi penjual
negosiasi tersebut merupakan sebuah upaya untuk mendapatkan seorang konsumen
dengan cara yang cukup interaktif. Ketika pembeli dan penjual sepakat akan
negosiasi yang dilakukan tersebut maka keduanya merasa senang. Beigtu juga
Diplomasi. Instrumen Diplomasi ini dirancang untuk Win Win Solution yaitu tahap
dimana antara sipembeli dan penjual sama-sama tidak ada yang dirugikan, atau
dalam konteks Diplomasi antara Negara-negara yang melakukan negosiasi ini tidak
ada yang merasa dirugikan atau untung sepihak. Diplomasi ditujukan untuk
berbagai kondisi dan kejadian. Disitulah kenapa diplomasi ini menjadi sangat
popular bagi dunia perpolitikan secara global saat ini.
Yang menjadi
inti dari semua konflik menurut saya adalah permasalahan Ekonomi. Kenapa ?
karena dengan ekonomi semua orang akan merasa hak asai manusia nya terpenuhi.
Untuk itu, HAM merupakan hal yang paling sensitive untuk dibicarakan. Hak untuk
mendapatkan kebebasan berbicara mengkritik, berpolitik dan bersosial itu
gratis, akan tetapi hak untuk mendapatkan sebuah kelayakan ekonomi adalah
sebuah hal yang tidak mudah didapat. Mulai dari lapangan kerja, akses untuk
mendapatkan lapangan kerja, pendidikan, dan lainnya membuat sebagian orang di
dunia ini hidup dalam tingkat kemiskinan yang cukup tinggi. Dan hal ini yang
menyebabkan konflik bertebaran dimana-mana.
Penyesuaian
Diplomasi dalam prakteknya membuat instrument politik luar negeri ini menjadi
sangat special. Dengan Diplomasi, maka semua masalah akan berjalan dengan baik
tanpa harus terjadi konflik berkelanjutan yang berujung perang terbuka.
Katakanlah terdapat sebuah Negara miskin namun memiliki sumber daya alam yang
sangat kaya dan ada sebuah Negara yang kaya secara ekonomi, mempunyai teknologi
yang lebih maju, mempunyai sumber daya manusia yang lebih berkualitas, tingkat
pendidikan yang mutunya sangat tinggi, namun tidak memiliki sumberdaya alam
yang berlimpah seperti Negara yang miskin itu. Dalam hal ini Diplomasi bisa
berperan sangat penting. Dengan adanya diplomasi kedua Negara tersebut bisa
menegosiasikan kepentingannya tanpa harus ada yang merasa dirugikan. Negara
yang miskin tadi akan di bayar dengan jasa untuk meningkatkan mutu pendidikan
di Negara miskin oleh Negara yang memiliki mutu pendidikan yang tinggi. Negara
yang miskin bisa menukar sumber daya alamnya dengan teknologi yang lebih
canggih yang dimiliki Negara kaya. Contoh konkretnya adalah Indonesia dan
Amerika. Indonesia mempunyai sumber daya alam yang sangat berlimpah akan tetapi
Indonesia tidak mempunyai teknologi yang canggih untuk mengolah sumber daya
alam tersebut. Sedangkan Amerika mempunyai teknologi tersebut. Maka Indonesia
bisa saja menukar sumber daya alamnya dengan teknologi tersebut dengan di
jelaskan dalam perjanjian-perjanjian tertentu antara Indonesia dengan Amerika.
Tidak ada yang merasa dirugikan satu sama lain itulah prinsip dari Diplomasi.
Dan saya yakin kalau Diplomasi mampu menyelesaikan permasalahan Ekonomi yang
mengakar ini.
II.II Apakah Diplomasi Semata-mata
Demi Ekonomi ?
Diplomasi
digunakan bukan hanya sekedar alat negosiasi Ekonomi antar Negara. Memang
setiap Negara membutuhkan ekonomi. Akan tetapi dalam konteks Negara yang sedang
berkonflik entah konflik dalam menangani sengketa wilayah, terorisme, human
trafficking, pelanggaran HAM, atau Global Warming sekalipun akan berbda
penggunaan diplomasi. Karena tidak semua target dari diplomasi tersebut adalah
Ekonomi. Contoh dalam kasus memerangi terorisme. Apakah Amerika datang ke
Indonesia secara Tiba-tiba dan langsung melakukan intervensi untuk memrangi
teroris ? tidak demikian. Pasti Amerika akan memberikan pernyataan terlebih
dahulu, atau terdapat sebuah negosiasi akan hal perang terhadap terorisme ini.
Apabila Indonesia merasa membutuhkan Intervensi Amerika, maka Amerika pun akan
melakukan Intervensi tersebut untuk membantu Indonesia dalam memerangi
terorisme. Bisa juga dalam bentuk bantuan persenjataan dari Amerika terhadap
Indonesia dalam upaya memberantas terorisme di Indonesia jika Indonesia tidak
menginginkan adanya Intervensi. Contoh lainnya, dalam isu Global Warming, yang
menjadi permasalahan dalam negosiasi disini adalah ketika Global Warming ini
terjadi akibat dari dampak kehidupan manusia di muka bumi yang sangat
memprihatinkan. Pembuangan emisi CO2 berlebih menyebabkan terjadinya efek rumah
kaca sehingga bumi ini semakin panas . Hal ini membuat Negara-negara yang
memiliki pembuangan emisi CO2 berlebih akan berupaya untuk mengurangi
pembuangan emisi CO2 ke udara lepas. Upaya-upaya yang dilakukan termasuk
kedalam negosiasi yang dilakukan yang dituangkan kedalam pertemuan-pertemuan
yang membahas isu Global Warming. Setiap Negara pasti mempunyai tugasnya
masing-masing. Dalam kasus Global Warming ini, Indonesia contohnya sebagai
negaray ang memiliki hutan tropis terluas di dunia, akan mendapat banyak
perhatian dari dunia internasional untuk lebih bisa mengembalikan dan merawat
hutan yang ada agar CO2 yang terlepas bisaberkurang dengan kembalinya hutan-hutan
di Indonesia. Tapi tidak semudah itu juga Negara-negara di dunia ini menyuruh
Indonesia mengembalikan Hutan dan merawatnya akan tetapi Negara-negara tersebut
masih saja melepaskan emisi CO2 berlebih ke udara lepas. Untuk itu
Negara-negara dengan industry maju harus membayar biaya daripada pengembalian
dan perawatan hutan sebagai bentuk pedulinya terhadap Negara-negara yang masih
memiliki hutan selain Indonesia.
Tidak hanya
kerjasama yang dibangun dalam sebuah Diplomasi antar bangsa. Diplomasi juga
bisa berperang sebagai pencegah konflik yang berkelanjutan . Bagaimana ?
contoh, ketika Indonesia mempunyai konflik dengan Malaysia mengenai Ambalat,
maka Indonesia dan Malaysia menegosiasikan permasalahan ini untuk mencari jalan
tengah. Setelah negosiasi ini berakhir siapapun yang dikatakan menang dalam
negosiasi Ambalat ini pasti tidak menginginkan konflik ini berkepanjangan. Dan
harus ada etika baik dari Negara-negara yang berkonflik itu untuk terus
mewujudkan perdamaian. Malaysia telah memenangkan negosiasi tersebut kepada
Indonesia dan pihak Internasional. Akan tetapi Indonesia pun tidak ingi
berlarut-larut dalam masalah ini. oleh karena itu, diplomasi yang dilakukan
oleh Indonesia setelah konflik Ambalat kepada Malaysia sangat berfungsi untuk
menjaga keharmonisan hubungan antara Indonesia dengan Malaysia. Hal ini
terbukti kalau Diplomasi bukan berfungsi sebagai negosiasi Ekonomi saja.
Melainkan semua hal terkait dengan hubungan berbangsa-bangsa.
II.III Peran
Diplomasi Dalam Era Teknologi dan Informasi
Jika saja Perang
Dunia ketiga terjadi, maka kita tidak bisa membayangkan kengerian yang ada
diakibatkan dengan berkembangnya teknologi berarti berkembang juga alat-alat
perang. Bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika di Hirosima dan Nagasaki untuk
membalas serangan Pearl Harbour telah membuka mata seluruh masyarakat dunia
akan kengerian kalau saja perang dunia ketiga menggunakan sebuah bom seperti
itu atau bahkan lebih dahsyat, akan seperti apa dunia ini. apakah populasi
manusia akan tetap ada ? akan tetapi tantangan zaman ini telah di jawab oleh
Diplomasi sebagai instrument yang mampu mempertahankan stabilitas perdamaian di
dunia. Dengan acuan Win Win Solution maka saya berfikir kalau tidak ada solusi
yang lebih baik dari pada diplomasi dalam hal apapun.
Peran Diplomasi
dari zaman ke zaman sangatlah berarti bagi peradaban manusia itu sendiri.
Dengan adanya seni diplomasi maka umat manusia telah menciptakan sebuah
peradaban yang lebih mempunyai etika dalam berhubungan antar bangsa khususnya.
Kalau mencari musuh sangatlah mudah, dalam konteks diplomasi, mencari kawan
sangatlah mudah. Diplomasi selain bertujuan untuk bertukar kepentingan dengan
menghindari kekerasan, paksaan, dan perang, Diplomasi merupakan sebuah cara
berkomunikasi yang lebih beretika, bermoral, dan lebih beradab. Tidak mungkin
jika sebuah Negara melakukan sebuah Diplomasi dengan cara memaksa atau
menggunakan kekerasan sekalipun. Ibarat menawar sebuah harga barang, pasti kita
tidak menggunakan paksaan, ataupun kekerasan. Kalau pun kita menggunakan kekerasan
atau paksaan maka hal tersebut tidak bisa kita bilang sebagai diplomasi
malainkan pemerasan.
BAB III
Penutup
Dari sekian
banyak instrument politik luar negeri yang ditujukan khusus untuk mencapai
sebuah kepentingan nasional menurut saya Diplomasi merupakan Instrumen yang
paling mempunyai arti penting. Terlebih lagi dalam zaman sekarang ini. tanpa
adanya Diplomasi, saya rasa pasti peperangan akan terus berlanjut, konflik
tidak akan terselesaikan hingga pihak-pihak yang berkonflik atau berperang dinyatakan
kalah telak atau menyerah mengakui kekalahannya. Lagi pula sebagai manusia yang
lebih beradab, beretika dan bermoral kita harus lebih mempunyai rasa untuk
menjaga perdamaian seluruh dunia. Tanpa adanya rasa tersebut, kita tidak akan
bisa menjadikan Diplomasi sebagai ajang untuk menunjukkan etiket baik kepada Negara-negara
lain dalam konteks hubungan berbangsa-bangsa.
Bagus sekali
BalasHapus