Senin, 07 November 2011

Hukum Humaniter Diplomasi Sebagai Instrumen Politik Luar Negeri Yang Paling Diutamakan Dalam Politik Global Pasca Perang Dingin


Diplomasi Sebagai Instrumen Politik Luar Negeri Yang Paling Diutamakan Dalam Politik Global Pasca Perang Dingin
Ananta Kaisar Rawung 208000092

Pendahuluan
Semasa perang dingin berlangsung, antara Amerika dan Soviet berlomba-lomba dengan semua intrumen politik luar negeri untuk mencapai kepentingan luar negerinnya masing-masing. Tak hanya Amerika dan Soviet, Negara-negara yang baru saja merdeka, Negara-negara berkembang, dan Negara-negara korban perang dunia dua khususnya di benua Eropa sangalah membutuhkan sebuah dukungan dan kerjasama dari dunia internasional untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya masing-masing. Isu mengenai pertahanan nasional dan ekonomi menjadi focus utama dalam semua Negara di dunia ini tak terkecuali Amerika dan Soviet yang sedang berlomba. Akan tetapi jelaslah sangat berbeda tujuan dari Amerika dan Soviet yang memang sudah memiliki modal Ekonomi dan pengaruhnya yang sangat kuat terhadap konstelasi politik internasional. Negara-negara di seluruh dunia khususnya Negara yang baru saja berkembang, Negara yang menjadi korban perang dan Negara-negara yang masih mencari pengaruh dalam dunia perpolitikan secara global juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam mencapai tujuan nasionalnya. Kalau Amerika dan Soviet berlomba dalam bidang kemajuan teknologi dan berlomba dalam mencari pengikut satu ideology, maka Negara-negara dibawahnya mencari dukungan dan bantuan-bantuan dari kedua Negara besar itu. Disamping dua Negara adidaya tersebut, Negara-negara kecil juga berusaha mencari dukungan dan kerjasama dengan sesamanya. Memang ada sebagian Negara yang memiliki ketergantungan penuh dengan Amerika ataupun Soviet, tapi ada juga Negara-negara yang tidak sepenuhnya bergantung pada Amerika atau Soviet. Negara-negara yang baru berkembang dan Negara-negara yang menjadi korban perang dunia kedua merupakan Negara yang menjadi target utama dalam perlombaan perang dingin antara Amerika dan Soviet. Betapapun gencarnya Amerika dan Soviet mencari pengikut ideologinya masing-masing, terdapat beberapa Negara yang tidak ingin terlalu bercampur tangan dalam perang dingin.
Berbagai karakteristik Negara-negara semasa perang dingin ini membuat konstelasi politik secara global semakin dinamis dan berkembang. Kemunculan organisasi-organisasi internasional antar Negara turut mewarnai konstelasi politik global untuk mewadahi kepentingan-kepentingan Negara-negara yang baru berkembang. Contohnya seperti lahirnya OKI, OPEC, NATO, Warsaw Pact, African Congress, organisasi regional seperti Uni Eropa, ASEAN dan banyak lagi organisasi yang bermunculan untuk mewadahi Negara-negara yang dirasa mempunyai kesamaan kepentingan untuk membangun sebuah kerjasama dalam hubungan antar bangsa.
Perang bukan lagi menjadi hal yang sangat di inginkan karena melihat kengerian dari perang dunia kesatu dan kedua. Banyaknya korban jiwa dan harta membuat Negara-negara di dunia ini menjadi lebih berfikir akan dampak daripada sebuah peperangan yang bisa terjadi kapan saja dimana saja. Konflik-konflik yang mewarnai konstelasi politik global juga merupakan hal yang sangat sensitive. Sedikit saja terjadi sebuah kesalahan maka bisa saja perang dunia ketiga tercipta.
Pada masa perang dingin memang tidak sedikit juga perang yang terjadi di beberapa kawasan. Seperti konflik timur tengah, konflik Asia Selatan, konflik Asia Tenggara, Afrika, Amerika Latin, dan Eropa. Penyebab konflik yang berujung pada perang terbuka ini merupakan dampak dari pada perang dingin. Dimana selain perlombaan mencari pengikut ideology, Amerika dan Soviet juga berlomba dalam hal teknologi. Teknologi merupakan sebuah masalah baru dalam konteks peperangan pada masa itu. Kalau perang dunia kesatu dan kedua bisa mengakibatkan dampak yang sedemikian hebat, bagaimana perang dunia ketiga yang menghadirkan teknologi baru khususnya dalam hal militer sebagai alat perang.
Ketakutan akan terjadinya perang nuklir sebagai perang dunia ketiga membuat semua Negara-negara didunia ini menjadi semakin waspada akan setiap konflik yang terjadi. Semua Negara berusaha menciptakan stabilitas keamanan dan perdamaian bagi Negara dan kawasannya masing-masing hingga keseluruh dunia. Dari tingkat antar Negara, banyak Negara-negara yang mencoba untuk melakukan kerjasama dalam segala bidang untuk menangani isu stabilitas keamanan dan perdamaian. Dari tingkat kawasan muncullah sebuah trend baru, yaitu pertahanan kolektif. Dimana ide ini berawal dari kehadiran NATO dan Warsaw Pact. NATO dan Warsaw Pact memanglah sebuah organisasi yang bertugas dalam menangani isu pertahan kolektif. Akan tetapi NATO dan Warsaw Pact adalah sebuah organisasi yang di setir oleh kepentingan atau hegemoni Negara tertentu. Amerika barusaha untuk menancapkan pengaruhnya di daratan Eropa dengan membentuk NATO. Dan Soviet berusaha mempertahankan daerah Eropa sebagai wilayah kekuasaan Komunis dengan mendirikan Warsaw Pact. Karena setiran-setiran terhadap organisasi ini ditakutkan malah membuat bertambahnya konflik, maka banyak Negara-negara ini yang mengarah kepada suatu pembentukan persatuan kawasan atau sering dikenal dengan sebutan Regionalisme. Regionalisme ini mengacu kepada homogenitas dimana Negara-negara anggotanya merupakan sebuah Negara yang memiliki kedekatan letak secara geografis untuk menangani isu pertahanan kolektif ini tanpa harus mendapat setiran dari Negara-negara tertentu. Contohnya seperti Uni Eropa, di benua Eropa meski tidak semua Negara-negara Eropa bergabung kedalam keanggotaan Uni Eropa. Dikawasan Asia Tenggara terdapat ASEAN sebagai organisasi regional yang menangani isu mengenai pertahanan kolektif.
Setelah isu mengenai pertahanan kolektif, muncullah isu mengenai gerakan non-blok. Dimana Negara-negara yang tidak menginginkan campur tangan atau memihak kepada Liberal Kapitalis ataupun Komunis mengadakan pertemuan dan membuat sebuah organisasi yang dinamakan sebagai gerakan Non-blok untuk mengantisipasi propaganda dan target daripada perang dingin tersebut. Dalam gerakan Non-blok ini bisa diaktakan juga adalah merupakan gabungan dari negra-negara yang sedang gencar-gencarnya mencari dukungan internasional dan melakukan pencitraan baik demi mendapatkan pengaruh dan kapabilitas dalam konstelasi politik global.
Isu mengenai Gerakan Non-blok ini juga hanya sementara. Karena isu mengenai pertahanan atau politik pada saat itu hanyalah bersifat sementara dan mengikuti alur daripada Amerika dan Soviet yang menjadi pembawa dampak bagi seluruh dinamika politik global. Akan tetapi, yang menjadi isu nomor satu setelah itu merupakan isu mengenai Ekonomi. Kenapa ? karena banyak Negara-negara yang memang baru saja berkembang atau memulihkan dirinya dari perang dunia. Untuk itu Negara-negara tersebut membutuhkan ekonomi sebagai modal untuk mendapatkan pengaruh di dunia perpolitikan secara global. Apa saja isu yang terkait dengan ekonomi ? sangat banyak. Mulai dari minyak, emas, batubara, dan semua yang terkait dengan unsure-unsur ekonomi didalamnya menjadi sebuah focus utama yang di tujua setiap Negara. Bagaimana tidak, karena memang ekonomilah yang mampu membangun sebuan Negara dari keterpurukan. Dengan ekonomi yang lebih maju, maka sebuah Negara bisa memajukan semua aspek didalamnya tak terkecuali pertahanan nasional dan teknologi. Hal ini mejadi pertimbangan penting bagi semua Negara baik dari sudut pandang realis ataupun konstruktivis. Ekonomi menjadi hal yang sangat diperhitungkan setelah ketidak jelasan isu mengenai pertahanan nasional dan pertahanan kolektif. Semua orang memandang segala sesuatunya melalui determinan ekonomi.
Minyak dan gas bumi merupakan sumber ekonomi yang paling diutamakan pada saat itu. Bagaimana tidak, banyak Negara-negara berkembang yang memang membutuhkan minyak dan gas bumi sebagai bahan bakar untuk pabrik-pabrik dan industry. Minyak dan gas bumi itu sendiri yang paling banyak adalah di kawasan Timur Tengah khususnya Negara Arab Saudi, Kuwait, Irak, dan Iran. Di Asia Tenggara Indonesia sebagai Negara yang memiliki minyak dan gas bumi terbanyak setelah daerah Timur Tengah. Amerika Latin khususnya Venezuela, Costa Rica yang merupakan Negara dengan sumber minyak dan gas bumi yang paling banyak setelah Timur Tengah dan Asia Tenggara. Bukannya Amerika dan Soviet tidak memiliki sumber minyak dan gas bumi, akan tetapi jika kita lihat dengan menggunakan analisa kritis, maka kita dapat menyimpulkan, kalau permainan Amerika dan Soviet semasa perang dingin, adalah tidak terlepas dari bidang ekonomi. Sangat menguntungkan Amerika dan Soviet ketika sebuah negaray ng menjadi pengikut ideologinya akan membarikan bantuan minyak dan gas bumi untuk kepentingan ekonomi Amerika sedangkan Amerika dan Soviet hanya menukarnya dengan janji untuk memberikan perlindungan militer untuk menangani isu pertahanan nasional dan stabilitas perdamaian dunia.
Setelah berakhirnya perang dingin, maka semakin banyak isu-isu baru yang muncul dalam hubungan internasional. Isu-isu seperti Terorisme, Human Traficking, dan Global Warming menjadi kendala baru bagi dinamika politik global. Dan isu-isu tersebut juga turut mempengaruhi perubahan daripada politik luar negeri dan kebijakan-kebijakan. Akan tetapi semua isu-isu yang bermunculan, lagi-lagi factor yang melatar belakangi isu tersebut tak lain adalah Ekonomi. Lalu bagaimana dunia ini menghadapi penyelesaian Ekonomi yang tak kunjung selesai dari zaman dahulu ? ketimpangan social memang akan selalu ada dan terus ada selama permasalahan yang mengakar belumlah tercabut atau terselesaikan. Kenapa Ekonomi menjadi dalang bagi semua isu-isu yang hadir saat ini ? apakah hanya Ekonomi semata ? pertanyaan ini akan saya bahas lebih lanjut dalam BAB II dimana saya akan menjelaskan bagaimana pentingnya Ekonomi dalam dinamika politik global. Dalam pembahasan nanti saya akan mengaitkan mengapa Diplomasi menjadi instrument yang paling penting untuk menyelesaikan permasalahan Ekonomi ?
Perumusan Masalah
1.    Bagaimana Diplomasi bisa menjadi sebuah alat untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi dalam dunia perpolitikan secara global ?
2.    Apakah Diplomasi yang dilakukan antar Negara hanya semata-mata demi Ekonomi ?
3.    Seberapa penting Diplomasi menjadi sebuah alat untuk mengukur perkembangan zaman ?



BAB IIII.I Diplomasi Antar Negara-negara di Dunia

Berakhirnya perang dingin menandakan sebuah era baru dimana perang tidak lagi menjadi kegiatan penting untuk mencapai kepentingan nasional. Perang hanyalah sebuah alat penghancur massal yang sebenarnya merugikan pihak-pihak yang melakukan peperangan. Era baru ini merupakan sebuah kondisi dimana asal muasal penyebab konflik di seluruh dunia ini harus di cari dan di selesaikan. Apa bentuk penyelesaiaanya ? Diplomasi antar Negara, merupakan jawaban yang paling tepat. Diplomasi bisa disebut juga sebagai Soft Power. Kenapa ? karena hanya diplomasi yang merupakan instrument Politik Luar negeri yang memiliki banyak dampak positif dan bahkan tidak memiliki dampak negative menurut saya. Dalam memasuki era baru setelah perang dingin ini, pasti semua orang di dunia ini menginginkan terciptanya sebuah perdamaian dan keharmonisan diseluruh muka bumi ini. dan tidak ada orang yang menginginkan perang apalagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan membuat bayangan kita terhadap perang dunia ketiga menjadi semakin mengerikan. Untuk apa kita berperang ? ekonomi ? supremasi ? hegemoni ? Power ? Pengaruh ? Dominasi ? sampai kapan kita akan berperang terus jika permasalahan inti tidak terselesaikan. Saya memandang dengan menggunakan determinan Ekonomi sebagai latar belakang semua permasalahan yang terjadi di dunia ini. teknologi ? ilmu pengetahuan ? Informasi ? semuanya berujung pada keinginan seseorang untuk mendapatkan hak Ekonomi yang layak. Semua Negara memperjuangkan hak untuk rakyatnya agar bisa menikmati kelayakan Ekonomi. Dan menurut saya Diplomasi merupakan hal yang serupa. Bedanya Diplomasi tidak menggunakan cara yang kasar, keras, paksaan atau mengancam. Disitulah kenapa Diplomasi disebut juga sebagai Soft Power. Halus, lembut, tapi memiliki pengaruh, power, dan kapabilitas didalamnya.
Dengan Instrumen Diplomasi, semua Negara pasti bisa memenuhi kepentingan nasionalnya. Bagaimana tidak ? ibarat orang berdagang, Diplomasi hanya menggunakan keahlian berbicara untuk melakukan sebuah negosiasi. Bagi pembeli, kepentingan dari negosiasi tersebut adalah untuk mendapatkan harga barang yang lebih murah, bagi penjual negosiasi tersebut merupakan sebuah upaya untuk mendapatkan seorang konsumen dengan cara yang cukup interaktif. Ketika pembeli dan penjual sepakat akan negosiasi yang dilakukan tersebut maka keduanya merasa senang. Beigtu juga Diplomasi. Instrumen Diplomasi ini dirancang untuk Win Win Solution yaitu tahap dimana antara sipembeli dan penjual sama-sama tidak ada yang dirugikan, atau dalam konteks Diplomasi antara Negara-negara yang melakukan negosiasi ini tidak ada yang merasa dirugikan atau untung sepihak. Diplomasi ditujukan untuk berbagai kondisi dan kejadian. Disitulah kenapa diplomasi ini menjadi sangat popular bagi dunia perpolitikan secara global saat ini.
Yang menjadi inti dari semua konflik menurut saya adalah permasalahan Ekonomi. Kenapa ? karena dengan ekonomi semua orang akan merasa hak asai manusia nya terpenuhi. Untuk itu, HAM merupakan hal yang paling sensitive untuk dibicarakan. Hak untuk mendapatkan kebebasan berbicara mengkritik, berpolitik dan bersosial itu gratis, akan tetapi hak untuk mendapatkan sebuah kelayakan ekonomi adalah sebuah hal yang tidak mudah didapat. Mulai dari lapangan kerja, akses untuk mendapatkan lapangan kerja, pendidikan, dan lainnya membuat sebagian orang di dunia ini hidup dalam tingkat kemiskinan yang cukup tinggi. Dan hal ini yang menyebabkan konflik bertebaran dimana-mana.
Penyesuaian Diplomasi dalam prakteknya membuat instrument politik luar negeri ini menjadi sangat special. Dengan Diplomasi, maka semua masalah akan berjalan dengan baik tanpa harus terjadi konflik berkelanjutan yang berujung perang terbuka. Katakanlah terdapat sebuah Negara miskin namun memiliki sumber daya alam yang sangat kaya dan ada sebuah Negara yang kaya secara ekonomi, mempunyai teknologi yang lebih maju, mempunyai sumber daya manusia yang lebih berkualitas, tingkat pendidikan yang mutunya sangat tinggi, namun tidak memiliki sumberdaya alam yang berlimpah seperti Negara yang miskin itu. Dalam hal ini Diplomasi bisa berperan sangat penting. Dengan adanya diplomasi kedua Negara tersebut bisa menegosiasikan kepentingannya tanpa harus ada yang merasa dirugikan. Negara yang miskin tadi akan di bayar dengan jasa untuk meningkatkan mutu pendidikan di Negara miskin oleh Negara yang memiliki mutu pendidikan yang tinggi. Negara yang miskin bisa menukar sumber daya alamnya dengan teknologi yang lebih canggih yang dimiliki Negara kaya. Contoh konkretnya adalah Indonesia dan Amerika. Indonesia mempunyai sumber daya alam yang sangat berlimpah akan tetapi Indonesia tidak mempunyai teknologi yang canggih untuk mengolah sumber daya alam tersebut. Sedangkan Amerika mempunyai teknologi tersebut. Maka Indonesia bisa saja menukar sumber daya alamnya dengan teknologi tersebut dengan di jelaskan dalam perjanjian-perjanjian tertentu antara Indonesia dengan Amerika. Tidak ada yang merasa dirugikan satu sama lain itulah prinsip dari Diplomasi. Dan saya yakin kalau Diplomasi mampu menyelesaikan permasalahan Ekonomi yang mengakar ini.

II.II Apakah Diplomasi Semata-mata Demi Ekonomi ?
Diplomasi digunakan bukan hanya sekedar alat negosiasi Ekonomi antar Negara. Memang setiap Negara membutuhkan ekonomi. Akan tetapi dalam konteks Negara yang sedang berkonflik entah konflik dalam menangani sengketa wilayah, terorisme, human trafficking, pelanggaran HAM, atau Global Warming sekalipun akan berbda penggunaan diplomasi. Karena tidak semua target dari diplomasi tersebut adalah Ekonomi. Contoh dalam kasus memerangi terorisme. Apakah Amerika datang ke Indonesia secara Tiba-tiba dan langsung melakukan intervensi untuk memrangi teroris ? tidak demikian. Pasti Amerika akan memberikan pernyataan terlebih dahulu, atau terdapat sebuah negosiasi akan hal perang terhadap terorisme ini. Apabila Indonesia merasa membutuhkan Intervensi Amerika, maka Amerika pun akan melakukan Intervensi tersebut untuk membantu Indonesia dalam memerangi terorisme. Bisa juga dalam bentuk bantuan persenjataan dari Amerika terhadap Indonesia dalam upaya memberantas terorisme di Indonesia jika Indonesia tidak menginginkan adanya Intervensi. Contoh lainnya, dalam isu Global Warming, yang menjadi permasalahan dalam negosiasi disini adalah ketika Global Warming ini terjadi akibat dari dampak kehidupan manusia di muka bumi yang sangat memprihatinkan. Pembuangan emisi CO2 berlebih menyebabkan terjadinya efek rumah kaca sehingga bumi ini semakin panas . Hal ini membuat Negara-negara yang memiliki pembuangan emisi CO2 berlebih akan berupaya untuk mengurangi pembuangan emisi CO2 ke udara lepas. Upaya-upaya yang dilakukan termasuk kedalam negosiasi yang dilakukan yang dituangkan kedalam pertemuan-pertemuan yang membahas isu Global Warming. Setiap Negara pasti mempunyai tugasnya masing-masing. Dalam kasus Global Warming ini, Indonesia contohnya sebagai negaray ang memiliki hutan tropis terluas di dunia, akan mendapat banyak perhatian dari dunia internasional untuk lebih bisa mengembalikan dan merawat hutan yang ada agar CO2 yang terlepas bisaberkurang dengan kembalinya hutan-hutan di Indonesia. Tapi tidak semudah itu juga Negara-negara di dunia ini menyuruh Indonesia mengembalikan Hutan dan merawatnya akan tetapi Negara-negara tersebut masih saja melepaskan emisi CO2 berlebih ke udara lepas. Untuk itu Negara-negara dengan industry maju harus membayar biaya daripada pengembalian dan perawatan hutan sebagai bentuk pedulinya terhadap Negara-negara yang masih memiliki hutan selain Indonesia.
Tidak hanya kerjasama yang dibangun dalam sebuah Diplomasi antar bangsa. Diplomasi juga bisa berperang sebagai pencegah konflik yang berkelanjutan . Bagaimana ? contoh, ketika Indonesia mempunyai konflik dengan Malaysia mengenai Ambalat, maka Indonesia dan Malaysia menegosiasikan permasalahan ini untuk mencari jalan tengah. Setelah negosiasi ini berakhir siapapun yang dikatakan menang dalam negosiasi Ambalat ini pasti tidak menginginkan konflik ini berkepanjangan. Dan harus ada etika baik dari Negara-negara yang berkonflik itu untuk terus mewujudkan perdamaian. Malaysia telah memenangkan negosiasi tersebut kepada Indonesia dan pihak Internasional. Akan tetapi Indonesia pun tidak ingi berlarut-larut dalam masalah ini. oleh karena itu, diplomasi yang dilakukan oleh Indonesia setelah konflik Ambalat kepada Malaysia sangat berfungsi untuk menjaga keharmonisan hubungan antara Indonesia dengan Malaysia. Hal ini terbukti kalau Diplomasi bukan berfungsi sebagai negosiasi Ekonomi saja. Melainkan semua hal terkait dengan hubungan berbangsa-bangsa.

II.III Peran Diplomasi Dalam Era Teknologi dan Informasi
Jika saja Perang Dunia ketiga terjadi, maka kita tidak bisa membayangkan kengerian yang ada diakibatkan dengan berkembangnya teknologi berarti berkembang juga alat-alat perang. Bom atom yang dijatuhkan oleh Amerika di Hirosima dan Nagasaki untuk membalas serangan Pearl Harbour telah membuka mata seluruh masyarakat dunia akan kengerian kalau saja perang dunia ketiga menggunakan sebuah bom seperti itu atau bahkan lebih dahsyat, akan seperti apa dunia ini. apakah populasi manusia akan tetap ada ? akan tetapi tantangan zaman ini telah di jawab oleh Diplomasi sebagai instrument yang mampu mempertahankan stabilitas perdamaian di dunia. Dengan acuan Win Win Solution maka saya berfikir kalau tidak ada solusi yang lebih baik dari pada diplomasi dalam hal apapun.
Peran Diplomasi dari zaman ke zaman sangatlah berarti bagi peradaban manusia itu sendiri. Dengan adanya seni diplomasi maka umat manusia telah menciptakan sebuah peradaban yang lebih mempunyai etika dalam berhubungan antar bangsa khususnya. Kalau mencari musuh sangatlah mudah, dalam konteks diplomasi, mencari kawan sangatlah mudah. Diplomasi selain bertujuan untuk bertukar kepentingan dengan menghindari kekerasan, paksaan, dan perang, Diplomasi merupakan sebuah cara berkomunikasi yang lebih beretika, bermoral, dan lebih beradab. Tidak mungkin jika sebuah Negara melakukan sebuah Diplomasi dengan cara memaksa atau menggunakan kekerasan sekalipun. Ibarat menawar sebuah harga barang, pasti kita tidak menggunakan paksaan, ataupun kekerasan. Kalau pun kita menggunakan kekerasan atau paksaan maka hal tersebut tidak bisa kita bilang sebagai diplomasi malainkan pemerasan.


BAB III
Penutup

Dari sekian banyak instrument politik luar negeri yang ditujukan khusus untuk mencapai sebuah kepentingan nasional menurut saya Diplomasi merupakan Instrumen yang paling mempunyai arti penting. Terlebih lagi dalam zaman sekarang ini. tanpa adanya Diplomasi, saya rasa pasti peperangan akan terus berlanjut, konflik tidak akan terselesaikan hingga pihak-pihak yang berkonflik atau berperang dinyatakan kalah telak atau menyerah mengakui kekalahannya. Lagi pula sebagai manusia yang lebih beradab, beretika dan bermoral kita harus lebih mempunyai rasa untuk menjaga perdamaian seluruh dunia. Tanpa adanya rasa tersebut, kita tidak akan bisa menjadikan Diplomasi sebagai ajang untuk menunjukkan etiket baik kepada Negara-negara lain dalam konteks hubungan berbangsa-bangsa.

1 komentar: